Proses melahirkan bukan proses sederhana. Selain berjuang melawan rasa sakit saat persalinan, seorang ibu juga mempertaruhkan nyawa. Banyak persiapan menjelang ‘masa silut’ ini, selain kesiapan ruhiyah, kesiapan fisik juga penting. Setidaknya, demikianlah anggapan sebagain para ibu sehingga mereka lebih banyak beristirahat, terutama beberapa hari menjelang melahirkan.
Namun, ini tidak berlaku bagi anggota legislatif perempuan dari PKS asak Kota Yogyakarta ini. Ibu Anis Sri Lestari punya cara berbeda menjemput kelahiran buah hatinya.
Saat itu, kami melaksanakan launching program sekaligus training. Acaranya sedemikian rupa. Ini acara penting. Kami menyiapkannya dengan sungguh-sungguh. Bu Anis, penasihat panitia, selalu mendampingi rapat kami.
Kami sangat berterima kasih atas pendampingan beliau selama kami rapat. Kami tahu masa itu berat karena menjelang kelahiran buah hatinya yang kedua. Usia kandungannya sudah tua. Beliau sering tampak lelah. Apalagi, amanah di dewan yang sedemikiannya.
Oleh karena itu, kami berusaha tidak merepotkan. Sekadar memberi arahan saja sudah lebih dari cukup. Persiapan kami matang. Apalagi, hari H perkiraan melahirkan bagi Bu Anis.
Betapa terkejutnya ketika ternyata, pada hari H, Bu Anis datang ke acara kami! Saya yang ketika itu sedikit lelah naik turun tangga kaget melihat beliau datang dengan senyum khasnya yang penuh semangat.
Kami buru-buru menyambutnya. Salah seorang ibu berkata, “Lho, kok, masih ke sini? Bukannya HPL-nya hari ini?” Pertanyaan tadi mewakili kami.
Beliau tersenyum, “Alhamdulillah, sekarang sudah bukaan empat.”
Kami tercengang. Ya, Allah… bukaan empat masih sempat jalan-jalan!? Bukankah kebanyakan wanita lain sudah ada di tempat persalinan atau mungkin sedang menahan rasa sakit?
Melihat rupa kami, sambil terus tersenyum, beliau berkata, “Tenang saja saya diantar suami pakai mobil, kok. Nanti kalau terasa sakit, bisa segera pulang.”
Tidak hanya itu.
Acara kami di lantai dua. Kami kira beliau akan menunggu di bawah bersama petugas penerima tamu.
Tidak. Hati-hati beliau meniti tangga demi tangga menuju tempat diselenggarakannya acara.
Hati kami dagdigdug melihatnya.
Begitulah rupanya, rasa berat melahirkan tidak menghambat beliau memberikan sumbangsih bagi dakwah.
Bagaimana dengan kita?
Namun, ini tidak berlaku bagi anggota legislatif perempuan dari PKS asak Kota Yogyakarta ini. Ibu Anis Sri Lestari punya cara berbeda menjemput kelahiran buah hatinya.
Saat itu, kami melaksanakan launching program sekaligus training. Acaranya sedemikian rupa. Ini acara penting. Kami menyiapkannya dengan sungguh-sungguh. Bu Anis, penasihat panitia, selalu mendampingi rapat kami.
Kami sangat berterima kasih atas pendampingan beliau selama kami rapat. Kami tahu masa itu berat karena menjelang kelahiran buah hatinya yang kedua. Usia kandungannya sudah tua. Beliau sering tampak lelah. Apalagi, amanah di dewan yang sedemikiannya.
Oleh karena itu, kami berusaha tidak merepotkan. Sekadar memberi arahan saja sudah lebih dari cukup. Persiapan kami matang. Apalagi, hari H perkiraan melahirkan bagi Bu Anis.
Betapa terkejutnya ketika ternyata, pada hari H, Bu Anis datang ke acara kami! Saya yang ketika itu sedikit lelah naik turun tangga kaget melihat beliau datang dengan senyum khasnya yang penuh semangat.
Kami buru-buru menyambutnya. Salah seorang ibu berkata, “Lho, kok, masih ke sini? Bukannya HPL-nya hari ini?” Pertanyaan tadi mewakili kami.
Beliau tersenyum, “Alhamdulillah, sekarang sudah bukaan empat.”
Kami tercengang. Ya, Allah… bukaan empat masih sempat jalan-jalan!? Bukankah kebanyakan wanita lain sudah ada di tempat persalinan atau mungkin sedang menahan rasa sakit?
Melihat rupa kami, sambil terus tersenyum, beliau berkata, “Tenang saja saya diantar suami pakai mobil, kok. Nanti kalau terasa sakit, bisa segera pulang.”
Tidak hanya itu.
Acara kami di lantai dua. Kami kira beliau akan menunggu di bawah bersama petugas penerima tamu.
Tidak. Hati-hati beliau meniti tangga demi tangga menuju tempat diselenggarakannya acara.
Hati kami dagdigdug melihatnya.
Begitulah rupanya, rasa berat melahirkan tidak menghambat beliau memberikan sumbangsih bagi dakwah.
Bagaimana dengan kita?
(Ari Pusparini/Muthmainnah)
hebat lah pokoknya
BalasHapus^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
you can still connected with me when i'm offline
http://seniorfriendsfinders.co.cc/alfach
^^^^^^^^^^^^^^^^